Apocalypse Now (1979)
Film perang lawas yang layak masuk daftar 25 film perang terbaik berikutnya adalah Apocalypse. Tayang pertama kali pada 15 Agustus 1979, film garapan Francis Ford Coppola ini bercerita tentang Willard yang diperakan Marin Sheen bertugas untuk membunuh kolonel Amerika yang berhianat di tengah kegilaan Perang Vietnam saat itu.
Bahkan banyak adegan dan dialog dalam film ini yang menjadi ikonik dalam dunia perfilman. Salah satunya lagu yang berjudul Ride of The Valkyries yang ada di opera karya Richard Wagner yang sangat populer saat itu. Keseruan dalam film Apocalypse Now sayang untuk dilewatkan karena meskipun film lawas, karya ini masih layak untuk dinikmati hingga sekarang.
Without Remorse (2021)
Without Remorse adalah rekomendasi film perang terbaru yang bisa Grameds tonton di tahun 2021 ini. Tayang pada 30 April 2021, film garapan Stefano Solima ini menampilkan kisah seru aktor Michael B. Jordan sebagai pemeran utamanya.
Berkisah tentang balas dendam sang aktor utama pada dalang kejadian tragis yang menimpa istri dan dirinya. Aksi balas dendamnya tersebut justru membawa ke dalam masalah konspirasi internasional yang kompleks.
The Gambler (1974)
Untuk film judi terakhir ini kami harus memasukkan tahunnya agar tidak tertukar dengan film berjudul sama yang dirilis pada 2014 dan dibintangi Mark Wahlberg.
The Gambler yang kami maksud merupakan karya klasik dari penulis naskah paling kontroversial, James Toback. Buat kamu yang belum tahu, James dituduh melakukan pelecehan seksual pada 350 wanita selama 40 tahun.
Terlepas dari kontroversinya, James merupakan penulis naskah genius. Di film ini, kisahnya terinspirasi dari kecanduannya sendiri terhadap judi. Duh, pergaulanmu James, selain main perempuan masih judi juga?
Film klasik ini merupakan film terbaik James Caan, aktor yang juga sangat terkenal pada zamannya. Silakan tonton sendiri filmnya untuk melihat aktingnya yang genius.
Nah, itu tadi film judi sepanjang masa yang wajib kamu tonton. Mana yang jadi favoritmu?
Industri film komersial masih dalam tahap awal ketika Amerika Serikat menyatakan perang melawan Spanyol pada 1898. Perkembangan teknologi di bidang perfilman pun semakin maju. Berita perang tidak lagi terbatas pada surat kabar cetak atau gambar statis, tetapi adegan peperangan bisa disaksikan secara langsung di layar lebar.
Dampak perang terhadap film dokumenter bisa dirasakan secara langsung, tapi para pembuat film tidak ingin hanya sebatas merekam perang secara langsung, mereka ingin membuatnya kembali. The Fugitive (1910) karya D.W Griffith, tentang Perang Saudara Amerika, pun tayang pada 1910. Diikuti The Birth of a Nation (1915) karya D.W Griffith yang berlatar Perang Saudara Amerika juga.
Perang pun menjadi bagian dari sinema film sejak saat itu. Beberapa orang memang mengkritik dampak buruk film perang terhadap mental seseorang, tetapi ada juga yang mendukung film perang sebagai bagian dari sejarah umat manusia.
Bisa kamu jadikan tontonan bermanfaat di akhir pekan, beberapa rekomendasi film perang terbaik sepanjang masa menurut kritikus ini bagus banget, lho. Bikin kamu tercengang!
Baca Juga: 10 Film Perang dengan Adegan Aksi Paling Realistis, Menegangkan!
1917 (2019) dirilis 102 tahun setelah perang yang dicatatnya (Perang Dunia I). Sebelum Perang Dunia I, atau Perang Besar sebagaimana yang disebut saat itu, perang hanya terjadi pada suku, negara, dan budaya. Namun, pada akhir 1910-an, seluruh dunia terlibat dalam peperangan.
Pertempuran ini meluas dari Eropa hingga Timur Tengah yang melibatkan banyak negara dalam konflik tersebut. Ini pun bukan sekadar cakupan Perang Besar, tapi juga pengenalan teknologi canggih ke garis depan. Menyebabkan kehancuran yang belum pernah terjadi dan tidak terbayangkan sebelumnya.
Sutradara Sam Mendes menciptakan kembali perspektif tentang perang ini dalam film 1917. Ia menciptakan kisah kepahlawanan yang inspiratif sekaligus menggambarkan kengerian perang dengan sangat jelas. 1917 bercerita tentang dua tentara Inggris yang harus menyampaikan pesan di dalam wilayah musuh untuk menyelamatkan 1.600 prajurit, termasuk salah satu saudara prajurit tersebut.
1917 terbukti sukses di kalangan kritikus dan penonton film. Film perang ini memperoleh skor positif di Rotten Tomatoes, yakni 89 persen. 1917 juga menghasilkan keuntungan 37 juta dolar AS atau setara Rp588 miliar setelah penayangannya di Amerika, dan memenangkan penghargaan dari Golden Globes, AFI, dan Producers Guild of America.
Christopher Nolan adalah salah satu penulis sekaligus sutradara modern paling terkenal. Setelah sukses dalam genre superhero (trilogi Dark Knight), Interstellar (2014), dan Inception (2010), Nolan beralih haluan pada tantangan terbesarnya, yakni film perang.
Pertempuran Dunkirk adalah perang cukup menarik karena Inggris kalah dalam pertempuran tersebut. Walaupun begitu, pertempuran ini menginspirasi dunia karena berhasil mengevakuasi 338.000 tentara dari pantai Prancis. Christopher Nolan pun membuat film Dunkirk yang bisa dibilang sangat berisiko dibandingkan dengan film-film Nolan lainnya. Pasalnya, tidak adanya bintang utama dan sebagian besar sejarah pertempuran ini terlupakan, terutama di Amerika (tidak seperti Pearl Harbor).
Meskipun begitu, Warner Bros. Studios sangat yakin dengan kemampuan Christopher Nolan dalam menggarap film tersebut. Warner Bros. Studios bahkan menggelontorkan 100 juta dolar AS atau setara Rp1,5 triliun untuk film ini. Dunkirk dirilis di tengah persaingan berat dengan film superhero yang sedang booming. Namun, studio film ini yakin bahwa nama Christopher Nolan dan latar Perang Dunia II mampu bersaing dan menjadi daya tarik penonton.
Sesuai dengan keyakinan studio, karya Christopher Nolan memang tidak pernah mengecewakan. Dunkirk memperoleh skor 91 persen di Rotten Tomatoes. Film ini juga mampu meraih 189 juta dolar AS atau setara Rp2,9 triliun di AS dan 526 juta dolar AS atau setara Rp8,3 triliun di seluruh dunia. Sutradara Quentin Tarantino bahkan memilih Dunkirk sebagai salah satu film favoritnya.
The Hurt Locker (2008)
Lanjutkan membaca artikel di bawah
The Hurt Locker (2008) bukan film perang biasa. Pasalnya, kita akan dibuat dag-dig-dug selama 131 menit dalam film tersebut. Sutradara Kathryn Bigelow mendefinisikan ketegangan tersebut dalam Bomb Theory-nya, di mana ia menggambarkan cerita tentang unit tentara penjinak bom selama Perang Irak.
Para kritikus terkesan dengan film ini. Mereka menganugerahkan The Hurt Locker skor 97 persen di Rotten Tomatoes. Yang lebih mengesankan, Kathryn Bigelow menjadi perempuan pertama yang memenangkan Oscar untuk Sutradara Terbaik. Film ini juga memenangkan Academy Awards untuk Film Terbaik.
The Big Red One (1980)
The Big Red One (1980) mendapat skor 90 persen di Rotten Tomatoes, sehingga menjadikannya sebagai salah satu film perang terhebat. The Big Red One berlatarkan Perang Dunia II, meski dirilis pada 1980, saat sebagian besar sineas masih fokus pada Perang Vietnam.
Dalam The Big Red One, veteran Marinir dan Perang Dunia II, Lee Marvin (yang dianugerahi Purple Heart) berperan sebagai sersan tangguh yang memimpin unitnya di Divisi Infanteri Pertama dari Afrika hingga Eropa. The Big Red One menggambarkan perang dengan cukup sederhana dan jujur, tentang orang-orang biasa yang berani dan dihadapkan pada situasi sulit dan berhasil memecahkan situasi sulit tersebut berkat persaudaraan mereka.
The Big Red One menginspirasi film-film seperti Saving Private Ryan (1998) dan Dunkirk (2017), serta serial TV seperti Band of Brothers (2001) dan The Pacific (2010). Penggambaran film ini menjadi lebih hidup berkat Samuel Fuller dan pengalaman pribadinya yang pernah bertempur di Afrika Utara selama Perang Dunia II.
Baca Juga: Ada Dunkirk, Ini 5 Film Fionn Whitehead yang Wajib Kamu Tonton!
Full Metal Jacket (1987)
Sutradara Stanley Kubrick sering membuat film perang dalam kariernya, seperti Spartacus (2010), Paths of Glory (1957), dan Dr. Strangelove (1964). Pada 1987, ia membuat film berjudul Full Metal Jacket. Film ini memadukan gaya surealistik dan realistis.
Didasarkan dari novel The Short-Timers karya Gustav Hasford, Full Metal Jacket menceritakan perjalanan Marinir AS di bootcamp hingga ke zona perang yang berdarah dan brutal. Full Metal Jacket dibintangi oleh Matthew Modine, R Lee Ermey dan Vincent D'Onofrio. Meskipun Full Metal Jacket tidak masuk dalam film terbaik Stanley Kubrick, skor Rotten Tomatoes-nya mampu meraih 91 persen.
FROM UP ON POPPY HILL (2011)
Poster FROM UP ON POPPY HILL (credit: imdb.com)
Selanjutnya, ada rekomendasi film perang dunia 2 yang tak kalah menarik. Pasalnya, film ini dikemas dalam bentuk anime dan berlatar belakang kota Yokohama tahun 1963. Secara garis besar, film berjudul FROM UP ON POPPY HILL ini bercerita tentang siswa SMA yang tengah dimabuk cinta.
Kisah dimulai oleh sekelompok siswa Yokohama yang berjuang untuk menyelamatkan clubhouse sekolah agar tetap berdiri selama persiapan untuk Olimpiade Tokyo 1964. Saat di sana, Umi dan Shun ternyata memiliki ketertarikan. Secara bertahap cinta pun tumbuh di antara mereka. Namun, cobaan pun datang secara tiba-tiba. Meski begitu, mereka tetap berjalan untuk menghadapi masalah tersebut.
Nah, mereka sendiri adalah generasi pertama Jepang yang baru usai Perang Dunia II. Generasi ini berusaha untuk mendapatkan masa depan yang lebih layak sehingga tidak trauma terhadap masa lalu.
Da 5 Bloods (2020)
Film perang terbaik berikutnya adalah Da 5 Blood yang juga meruapakan film terbaru Netflix garapan Spike Lee yang tayang pada 12 Juni 2020.
Film yang diperankan oleh Delroy Lindo, Jonathan Majors, Clarke Peters, dan kawan-kawan ini menceritakan tentang 4 orang kakek-kakek veteran perang Vietnam yang kembali ke negara asalnya.
Disanalah mereka mencari jasad komandan pasukannya dan harta karun yang pernah mereka sembunyikan di hutan.
Greyhound adalah film perang bergenre aksi, drama, dan sejarah terbaik yang dibintangi aktor kawakan Tom Hanks.
Diadaptasi dari novel best seller karya C.S Forester ini menveritakan komandan angkatan laut Amerika yang bertugas untukmengawal kapal perang kecil dengan kapal perangnya yang bernama Greyhound.
Sang komandan yang bernama Ernest Krause kemudian diserang oleh kapam selam milik Jerman berma U-Boat yang sangat kuat.
APOCALYPSE NOW (1979)
Poster APOCALYPSE NOW (credit: imdb.com)
Rekomendasi film perang yang pertama yaitu, ada film APOCALYPSE NOW. Film ini tayang pertama kali pada 15 Agustus 1979, film garapan Francis Ford Coppola ini bercerita tentang Willard yang diperankan Marin Sheen bertugas untuk membunuh kolonel Amerika yang berkhianat di tengah kegilaan Perang Vietnam saat itu.
Bahkan banyak adegan dan dialog dalam film ini yang menjadi ikonik dalam dunia perfilman loh KLovers. Selain itu, salah satunya lagu yang berjudul Ride of The Valkyries yang ada di opera karya Richard Wagner sangat populer saat itu. Keseruan dalam film APOCALYPSE NOW ini sangat sayang banget untuk kalian lewatkan.
Poster BRAVEHEART (credit: imdb.com)
Kemudian rekomendasi film perang yang selanjutnya yaitu, ada film berjudul BRAVEHEART. Film ini adalah film perang kerajaan terbaik sepanjang masa yang wajib kalian tonton loh KLovers. Disutradarai oleh Mel Gibson, film ini tayang pada 25 mei 1995 dengan genre biografi, drama, dan sejarah.
Film ini bercerita tentang perjuangan prajurit Skotlandia melawan kerajaan Inggris yang kejam di abad ke-13. Film perang BRAVEHEART sangat seru untuk ditonton karena fokus pada kisah pahlawan Skotlandia bernama William Wallace yang diperankan oleh Mel Gibson.
The Guns of Navarone (1961)
The Guns of Navarone (1961) bisa dibilang menjadi film terbaik di antara subgenre men on a mission. Film yang diproduksi Inggris—Amerika ini menceritakan tim tentara Inggris yang dikirim ke wilayah Yunani yang diduduki Nazi. Mereka ditugaskan menghancurkan pangkalan senjata Jerman.
Dibintangi Gregory Peck, David Niven, dan Anthony Quinn, The Guns of Navarone merupakan kisah ketika Sekutu harus menyelesaikan misi berbahaya untuk mengalahkan orang-orang jahat. Film ini menonjol karena karakternya, alur cerita yang menarik, dan kisahnya yang epik. Kritikus menyukainya hingga hari ini, memberikannya skor 95 persen di Rotten Tomatoes.
Meskipun merupakan salah satu konflik paling penting dalam sejarah Amerika, kisah tentang Perang Saudara Amerika di layar lebar tidak begitu bagus. Salah satunya The Birth of a Nation, film berlatarkan Perang Saudara Amerika ini kisahnya sangat rasis. Ada juga Gone With The Wind (1939), yang lebih fokus dengan perbudakan, atau film biografi sejarah seperti Lincoln (2012). Namun, yang terbaik dari semuanya adalah Glory (1989).
Glory menceritakan kisah Kolonel Robert Gould Shaw (Matthew Broderick), yang memimpin perusahaan sukarelawan perang kulit hitam pertama selama Perang Saudara Amerika. Selain menggambarkan kepahlawanannya yang menggugah dan menginspirasi, film ini juga menunjukkan bahwa orang Afrika—Amerika tidak hanya menjadi korban perbudakan Konfederasi, tetapi juga rasisme di kelompok mereka sendiri, di Union Army.
Sayangnya, Glory tidak masuk nominasi Film Terbaik di Academy Awards. Film Terbaik justru diraih oleh Driving Miss Daisy (1989). Meskipun begitu, Glory diberi skor 93 persen di Rotten Tomatoes. Nilai yang cukup tinggi untuk sebuah film.